Aku pernah memanggilmu sahabat,
Tempat kutitipkan rahasia dan luka,
Kupikir kau adalah sandaran,
Ternyata kau hanya belati yang terselip dalam pelukan.
Di depan, kau adalah cahaya,
Di belakang, kau gelap yang menikam.
Kata-katamu adalah madu beracun,
Senyummu perangkap yang membunuh perlahan.
Baca juga:
Realease Kompas Bagaimana Respon Kita ?
|
Aku diam, bukan karena bodoh,
Aku tahu setiap dusta yang kau anyam.
Aku biarkan waktu menggulung pengkhianatanmu,
Sampai akhirnya ia membalas lebih kejam dariku.
Dendamku tidak mengaum, tidak menggelegar,
Ia merayap dalam senyap, menunggu saat tepat.
Sekali aku bangkit, kau takkan mengenaliku lagi,
Sebab yang kau lukai bukan kelemahan,
Tapi hati yang tahu cara membalas tanpa menyentuh.
Baca juga:
Tony Rosyid: Tunda Pemilu dan PJ Presiden
|
Bukittinggi, March 2025..
Lindafang